Bacalahulasan harian Kompas, "Gayus Tambunan Dituntut 20 Tahun, Divonis 7 Tahun", terbit 20 Januri 2011. Frase judul mengandung ironi dari sebuah pengadilan tindak pidana korupsi di Indonesia. PEMENANG LOMBA MENULIS PUISI ESAI 133 134 MATA LUKA SENGKON KARTA Biodata PERI SANDI HUIZCHE, lahir di Sukabumi, Jawa Barat. Menulis puisi dan Sangatindah.Itulah sebabnya kita akan membuat puisi tentang pemandangan sawah.Terlihat luas membentang,sawah indah yang menghijautempat para petanimenanam benih padi.Indahmu tak terkiraAnugerah dari Yang KuasaBersyukurlah kita semuaUntuk alam yang sangat indah.Bersusun-susun di lereng gunung,Bagai lukisan para senimanTerlihat indahTerlihat Nyanyianmengalun di rebah bahu petani. Lukisan madah itu mulai dari fajar hingga senja. Awal tahun diiringi rintik hujan. Menebar kesuburan tanah-tanah harapan. Bagiku, hati yang masih muda. Menanti separuh musim sungguh lama. Mengidam-idamkan mekar mahkota padi. Lalu dipersunting oleh tangan-tangan tradisi. Penuh bisik tanya. PuisiPuisi Acep Zamzam Noor. Ahad, 13 Mei 2012 | 04:16 WIB. Cipasung. Di lengkung alis matamu sawah-sawah menguning. Seperti rambutku padi-padi semakin merundukkan diri. Dengan ketam kupanen terus kesabaran hatimu. Cangkulku iman dan sajadahku lumpur yang kental. Langit yang menguji ibadahku meneteskan cahaya redup. Akibatsaluran irigasi di Desa Brangsong, Kendal mengering, petani terpaksa membuat sumur di tengah sawah dan menggunakan mesin pompa untuk mengairi sawahnya. Setidaknya Ditengah-tengah tanaman muda, Petani berdiri dengan senangnya, Memandang ladang penuh kejayaan, Tumbuh-tumbuhan banyak macamnya hanya membayangkan datang zaman sentosa, Isi puisi tersebut tentang a. Keindahan sawah lading b. Tanaman siap panen c. Suasana di daerah pertanian d. Tumbuhan petani bermacam-macam. Perhatikan puisi berikut! Hampa Puisi: MatdonLagu : Rizal AbdulhadiHarmonica: Egi FedlySebuah lagu yang disadur dari puisi 'Matdon' seorang sastrawan asal bandung,yang sebentar lagi mel 8D7bxYe. Puisi Nyanyian Para Petani Jatiwangi Karya Ajip Rosidi Nyanyian Para Petani Jatiwangi 1 Dari pagi hingga petang Kulepas kerbauku sayang Entah ke mana kau menuju Entah di mana kusembunyi. Dari pagi hingga petang Haram riang, kerja tak tentram Subur sawah rumput dan lalang Burung lapar berputaran terbang. Wahai, bukan peninggalan karuhun kusia-siakan Tanah terbengkalai, kolam kering Wahai, bukan tak mau sawah kukerjakan Dalam hati penuh ketakutan. Nyanyian Para Petani Jatiwangi 2 Kalau hari menjelang senja Lengang pematang, lengang rumah Tiada anak mengandangkan ayam. Kalau hari menjelang petang Berat dan tiada harapan Bayang-bayang lenyap di tikungan. Kalau hari menjelang malam Tiada lelaki merasa aman Dalam rumah sendiri. Kalau malam telah datang Tiada nyanyi bunda menidurkan Tiada lepas tangis bayi. Kalau malam telah turun Tiada suling, tiada pantun Hanya gaang, hanya angin. Kalammalam telah tiba Tiada kacapi, tiada kinanti Asmarandana dalam hari. Kalau malam telah datang Entah besok masih kujelang Entah mentari kulihat lagi. Nyanyian Para Petani Jatiwangi 3 Wahai bulan, sunyinya sendirian Tiada pemuda kan berpesan Membisikkan kerinduan. Wahai bulan, alangkah muram Tiada perawan kan menyanyi Menyampaikan bisik hati. Wahai bulan, alangkah pelan Muram dan sepi Apa yang kau tatap? Wahai bulan, alangkah lama Was-was dan ngeri Mentari yang kuharap. Alangkah kusuka memandang bulan Remang dan lembut Tapi hati penuh takut. Nyanyian Para Petani Jatiwangi 4 Siapa itu melangkah berat dan ribut Siapa lagi malam ini didatangi Berapa rumah musnah? Berapa yang mati? Siapa itu melangkah berat dan ribut Siapa lagi malam ini didatangi? Gilirankukah atau Madhapi? Fajar kembang merekah Duhai, pabila burung berkicau alangkah lega hati. 1958Sumber Surat Cinta Enday Rasidin 1960Puisi Nyanyian Para Petani JatiwangiKarya Ajip RosidiAjip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 pada usia 82 tahun di Magelang, Jawa Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sebelum pagi membuka hijabAyahmu bangun lebih awalBerdiri menghadap bumidan menahan dada sesekaliTak lupa untuk minum kopidi atas meja ada harapan yang putihPada keringat yang sebentar lagi mengalirdiantara rambut dan bekalMemakai sepatu kerjaMerapikan rambut yang tak lagi ikalagar akal akan tetap kekal Ayahmu mulai keluar rumahhendak menyampaikan pesan pada alamAyahmu dan segera bersorakbahwa akulah petani sawa itu. Pundak hitam legamdan betapa semangat sih petani sawah ituharus berangkat segera keseberang sanatanpa curahan kelu-kesah yang semestinya. Lihat Puisi Selengkapnya Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 104248 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8272461e370c21 • Your IP • Performance & security by Cloudflare Wednesday, May 13, 2015 Puisi Berkaca Pada Embun Di Pematang Sawah. Sawah adalah tanah yang digarap dan dan dialiri dengan air untuk menanam padi. dan untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air dikarenakan padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. dan untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai ataupun air hujan. Berkaca pada embun di pematang sawah. judul puisi dikesempatan ini, Bagaimana puisinya untuk lebih jelasnya silahkan disiak saja puisinya berikut ini. Puisi Berkaca Pada Embun Di Pematang Sawah Oleh Penyair Kecil Rerimbunan embun yang mengakar di rerumputan Taburkan bening pada mata berkaca Masih sendiri duduk anggun disiram hangat sajak-sajak surya Dan semua telah tersimpan lalu memudar tanpabicara Tengok pengembala mengiring kawanan domba Dengan seikat sarung disampirkan pada lengannya Kawanan domba berjalan lalu sesekali terhenti Menikmati rerumputan hijau tak gersang di pagihari Daun-daun di atas bukit mulai bergoyang ramai Nyanyian-nyanyian alam hentakkan seluruh penjurunegeri Siul-siul pengembala ramaikan angin di atas bukit ini Nyanyian petani mulai berduyun ramaikan negeri Sungguh kemilau berkaca pada rerimbunan embun di pematang sawah Dari bukit di atas desa yang ramah Akan peristiwa langlah tak dapat terlihat Olehmu, olehnya yang masih duduk dengan kehangatan surya di bawah langit kota Jakarta 13 Mei 2015 Demikianlah puisi Berkaca Pada Embun Di Pematang Sawah. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya yah... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya dengan label puisi alam. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.

puisi nyanyian petani di sawah